ILMU
PENDIDIKAN ISLAM
Makalah ini diajukan dalam rangka
untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam Jurusan
Tarbiyah program study Manajemen Pendidikan Islam Semester III Kelompok V
Oleh:
Aidil
Anas
02113108
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
WATAMPONE
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu
pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam.[1]
Islam adalah nama agama yang dibawa oleh nabi yang terakhir yaitu Nabi Muhammad
saw. Islam merupakan ajaran mengenai kehidupan manusia yang berdasarkan dan
bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits. Segala sesuatu yang berhungan dengan
kehidupan sehari-hari sudah diatur didalam al-Quran, dan dipertegas kembali
melalui hadits-hadits nabi Muhammad saw.
Dalam
pendidikan, seseorang diberikan pertolongan kepada pelaku pendidikan atau
peserta didik untuk menuju kedewasaan, istilah pendidikan Islam yaitu menuju
kesempurnaan yang berdasarkan al-Quran dan hadits. Yang memberikan pertolongan tersebut ialah
seorang pendidik. Seorang pendidik harus memperhatikan peserta didiknya jika
ingin mencapai tujuan pendidikan.
Ilmu
pendidikan Islam tidaklah berdiri sendiri untuk menjadikan peserta didik menuju
kesempurnaan. Ilmu pendidikan Islam juga membutuhkan ilmu-ilmu lain untuk
mengembangkan kualitas peserta didik. Ilmu pendidikan Islam
bersifat terbuka, menerima pengaruh dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan
yang relevan, namun tidaklah bersifat liberal, melainkan juga haruslah
berpedoman kepada ajaran Islam yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadits serta
pendapat para ulama ulama.
Dengan
adanya ilmu pendidikan Islam memberikan harapan kepada manusia untuk selalu
mendekatkan diri kepada Allah swt. yang telah menciptakan manusia. Juga dapat memperbaiki
hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, serta hubungan manusia dengan
makhluk lainnya. Menjadikan manusia berakhlak yang mulia. Pada hakekatnya ilmu
pendidikan Islam sangat berhubungan dengan sumber pokok ajaran Islam y6ang
senantiasa mengembangkan fitrah manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pendidikan Islam?
2. Apa dasar, tujuan serta fungsi pendidikan Islam?
3. Apa batas-batas pendidikan Islam?
4. Apa asas-asas dari pendidikan Islam?
5. Bagaimana peserta didik dalam perspektif pendidikan
Islam?
6. Bagaimana pendidik dalam perspektif pendidikan
Islam?
7. Apa peralatan pendidikan Islam?
8. Bagaimana lingkungan atau lembaga pendidikan Islam?
9. Bagaimana periodisasi pendidikan Islam?
10. Siapa yang berwewenang atau bertanggung jawab dalam
pendidikan Islam?
11. Bagaimana konsep pendidikan seumur hidup dalam
pendidikan Islam?
12. Bagaimana fitrah dan pendidikan karakter perspektif
Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Islam
Menurut
bahasa dalam artian bahasa arab, kata “pendidikan” berasal dari kata “tarbiyah”, dengan kata kerja yaitu “rabba”, sedangkan kata “pengajaran” berasal
dari kata “ta’lim” dengan kata
kerjanya “’allama”. Ketikan digabung
antara kata pendidikan dan pengajaran artinya “tarbiyah wa ta’lim” sedangkan “pendidikan Islam” artinya “tarbiyah Islamiyah”.[2]
Kata
“tarbiyah” yang kata kerjanya “rabba” artinya mendidik sudah digunakan
pada zaman Nabi Muhammad saw.[3]
seperti yang terlihat pada ayat al-Quran sebagai berikut:
Terjemahannya:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil.”[4]
Menurut
Abdurrahman an-Nahlawi[5]
kata “al-tarbiyah” lebih tepat digunakan dalam terminologi pendidikan Islam.
Lafal “al-tarbiyah” berasal dari tiga kata yaitu “Raba-yarbu” yang artinya
bertambah dan bertumbuh, “Rabiya-yarbu” dengan wazan “Khafiyah-yakhfa” atinya
menjadi besar, dan “Rabba-yarabbu” dengan wazan “madda yamuddu” artinya
memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, serta memelihara. Imam
al-Baidhawi dan Al-Raghib al-Asfahani[6]
mengatakan bahwa lafal “al-Rabb” adalah “al-Tarbiyah”.
Kata
“Ta’lim” dengan kata kerjanya “’allama” juga sudah digunakan pada zaman Nabi
Muhammad saw. Menurut Abdul Fatah Jalal[7]
proses “Ta’lim” lebih universal dari proses “tarbiyah”. Jalal memulai
menjelaskan pendapatnya dengan menjelaskan tingginya kedudukan ilmu pengetahuan
dalam Islam. Jalil mengutip al-Quran surah al-Baqarah ayat 30-34 serta pada
ayat 151. Jalil juga menyatakan bahwa “Ta’lim” mencakup aspek-aspek pengetahuan
lainnya, juga keterampilan yangt dibutuhkan dalam kehidupan pedoman
berperilaku.
Sedangkan
menurut istilah, pengertian pedidikan belum terdapat pada zaman nabi. Tapi
usaha dan kegiatan yang dicontohkan nabi Muhammad saw. sudah menunjukkan kearah
arti pendidikan saat ini.[8]
“Pendidikan menurut orang awam,
adalah mengajari murid di sekolah, melatih anak hidup sehat,l melatih silat,
menekuni penelitian, membawa anak kemasjid atau gereja, melatih anak menyanyi,
bertukan dan lain-lain. Semua itu adalah pendidikan. Itu sudah mencukupi untuk
orang awam.”[9]
Pendidikan
menurut para ahli yaitu Ahmad D. Marimba bahwa pendidikan yaitu bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[10] Pendidik
bertanggung jawab dalam memberikan bimbingan serta pengarahan kepada peserta
didik mengenai perkembangan jasmani dan rohaninya. Pendidik memberikan arahan
secara sadar tidak secara main-main terhadap peserta didik. Semua itu dilakukan
agar peserta didik mampu menuju kearah kesempurnaan pendidikan.
Menurut Mortiner J. Adler
mengartikan pendidikan adalah proses dimana semua kemampuan manusia (bakat dan
kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhioleh pembiasaan, disempurnakan
dengan kebiasaan yang baik melalui sarana yang artistik dibuat dan dipakai oleh
siapa pun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang
ditetapkannya, yaitu kebiasaan yang baik.[11]
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu
pendidikan Islam ialah proses yang dilakukan secara bertahap, berjenjang,
terencana, terstruktur, serta terus menerus tentang pengetahuan dan nilai Islam
kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan,
pengasuhan, pengawasan, pengasuhan, dan pengembangan untuk mencapai
kesempurnaan hidup.
B. Dasar, Tujuan, dan Fungsi
Pendidikan Islam
1. Dasar Pendidikan Islam
Dasar pendidikan Islam merupakan
landasan operasional yang dijadikan dasar atau sumber pendidikan Islam. Dalam
Islam, dasar operasional segala sesuatu adalah agama, karena agama menjadi
sumber bagi setiap aktivitas atau kegiatan yang berdasarkan Islam. Adapun dasar
pendidikan Islam yaitu:
a.
Dasar historis;
dasar historis adalah dasar yang berorientasi pada pengalaman pendidikan masa
lalu, baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan-peraturan, agar
kebijakan yang ditempuh masa kini akan lebih baik.
b.
Dasar
sosiologis; dasar sosiologis adalah dasar yang memberikan kerangka
sosio-budaya, yang mana dengan sosiobudaya itu pendidikan dilaksanakn. Dasar
ini juga berfungsi sebagai tolak ukur dalam prestasi belajar.
c.
Dasar ekonomi;
dasar ekonomi adalah yang memberikan persfektif tentang potensi-potensi
financial, menggali dan mengatur sumber-sumber, serta bertaanggung jawab
terhadap rencana dan anggaran pembelanjaannya.
d.
Dasar politik
dan administratif; dasar yang memberikan bingkai ideologis, yang digunakan
sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan
direncanakan bersama.
e.
Dasar psikologi; dasar yang memberikan imformasi tentang
bakat, minay, watak, karakter, motivasi, dan inovasi peserta didik, pendidik,
tenaga administrasi, serta sumber daya manusia yang lain.
f.
Dasar filosofis;
dasar yang memberikan kemampuan memilih yang terbaik, memberi arah suatu
sistem, mengontrol dan memberi arah kepada semua dasar-dasar operasional
lainnya.
g.
Dasar religius;
dasar yang diturunkan dari ajaran agama. Dasar ini menjadi penting dalam
pendidikan Islam, sebab dengan dasar ini maka semua kegiatan pendidikan jadi
bermakna.[12]
2. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan
ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan
selesai. Dari pengertian pendidikan Islam dapat diketahui bahwa tujuan
pendidikan Islam diharapkan terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam
secara keseluruhan kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil
(manusia yang sempurna) dengan pola takwa. Dengan itu tujuan pendidikan Islam
terbagi atas empat yaitu:
a.
Tujuan
umum; tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan
pengajaran atau dengan cara laia. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan
yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan yang berbeda
pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang
sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi
seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah,
sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut. Cara atau alat yang paling efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan pendidikan ialah pengajaran. Karena itu
pengajaran sering diidentikkan dengan pendidikan, meskipun kalau istilah ini
sebenarnya tidak sama.
b.
Tujuan akhir; Pendidikan
Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu
hidup di dunia ini telah berakhir pula. Tujuan akhir yang berbentuk insan kamil
dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang
dalam perjalanan hidup seseorang.
c.
Tujuan
sementara; tujuan yang akan dicapai setelah anak didik deberi sejumlah
pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan
meskipun dalam ukuran sederhana, cirri pokok sudah kelihatan pada pribadi
peserta didik.
d.
Tujuan
operasional; tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan
pendidikan tertentu. Kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada peserta
didik, merupakan sebagian kemampuan dan keterampilan insan kamil dalam ukuran
anak, yang menuju pada bentuk insan kamil yang semakin sempurna.[13]
3. Fungsi Pendidikan Islam
Fungsi pendidikan Islam adalah
menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas-tugas pendidikan
Islam tersebut tercapai dan berjalan dengan lancar.[14]
Menyediakan hal-hal atau sesuatu agar peserta didik yang memiliki tujuan yang
jelas mengenai pendidikan Islam dapat tercapai sesuai dengan harapan serta
berjalan dengan tanpa adanya halangan yang menghalangi.
C. Batas-Batas Pendidikan Islam
Batas-batas artinya yang menjadi
ruang lingkup, yang menjadi landasan, dasar-dasar ataupun batasan serta sumber
dari pendidikan Islam. Seperti halnya dengan Islam yang menjadi pokok sumber
hukumnya maka itu pulalah yang menjadi batasan dari ilmu pendidikan Islam. Adapun
batas-batasan pendidikan Islam tersebut diantaranya al-Quran, as-Sunnah, serta
ijtihad.
Al-Quran telah diakui sebagai firman
allah swt. dan merupakan dasar hukum bagi umat Islam. Al-Quran adalah firman
allah swt. yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. yang tertulis dalam
mushaf-mushaf dan diriwayatkan kepada manusia dengan jalan mutawatir dan
membacanya merupakan ibadah. Sehingga sudah jelas bahwa al-Quran dijadikan
sebagai batas atau ruang lingkup pendidikan Islam. Al-Quran merupakan sumber
hukum umat Islam dalam kehidupannya maka dari itu al-Quran dijadikan pula
sebagai sumber atau ruang lingkup ajaran ilmu pendidikan Islam yang pertama dan
utama.
As-Sunnah dijadikan sebagai ruang
lingkup pendidikan Islam karena tidak terlepas dari fungsi as-Sunnah terhadap
al-Quran.[15] As-Sunnah adalah segala
sesuatu yang dinukilkan kepada nabi Muhammad saw. baik itu perkataan,
perbuatan, serta ketetapannya.
Oleh karena itu
as-Sunnah dijadikan batasan pendidikan Islam yang kedua kemudian yang ketiga
ialah ijtihad. Ijtihad adalah kesepakatan ulama-ulama (ilmuan syari’at Islam) dalam
menetukan hukum syariat Islam yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh
al-Quran dan as-Sunnah.[16]
D. Asas-Asas Pendidikan Islam
Asas berarti prinsip, asas ialah kebenaran yang jadi
pokok dasar orang yang berpikir sekaligus bertindak dan sebagainya. Menurut
Dagobert D. Runes prinsip adalah suatu kebenaran yang bersifat universal serta menjadi sifat dari sesuatu.[17] Asas pendidikan
Islam merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik
pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Hasan
Langgulung[18]
mengemukakan bahwa ada enam dasar atau asas-asas pendidikan yaitu dasar
historis, sosial, ekonomi, politik dan administrasi, psikologis, dan filsafat.
Namun yang dimaksudkan asas-asas pendidikan Islam yaitu:
1. Asas Tut Wuri
Handayani; asas yang kini
semboyang kemendiknas, pada awalnya merupakan salah satu dari “Asas 1922” yakni
beberapa asas dari
perguruan Nasional Taman Siswa (didirikan 3 juli 1922). Sebagai asas pertama,
tut wuri handayani merupakan inti dari sistem among dari perguruan itu. Asas
ataupun semboyan tut wuri handayani yang dikumandangkan oleh Ki Hadjar
Dewantara.
2. Asas Belajar Seumur
Hidup Hayat (Life Long Learning); asas ini merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap
pendidikan seumur hidup.
3. Asas Kemandirian dalam Belajar;
Baik
asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung erat
kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada
prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri
dalam belajar.[19]
E. Peserta Didik Dalam Perspektif
Pendidikan Islam
Peserta didik merupakan salah satu
komponen penting dalam suatu proses pendidikan Islam. Peserta didik adalah
setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang
menjalankan kegiatan pendidikan terutama pendidikan Islam.[20] Dengan
pendidikan seorang anggota masyarakat dikatakan sebagai peserta didik. Anggota
masyarakat yang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan, berusaha untuk
menumbuhkan dan mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada
jalur-jalur pendidikan.
Peserta didik adalah pokok persoalan dalam suatu
proses pendidikan. Di dalam proses belajar mengajar peserta didik merupakan
pihak yang memiliki tujuan, pihak yang memiliki cita-cita yang ingin dicapai
secara optimal. Peserta didik akan menuntut dan melakukan sesuatu agar tujuan
belajarnya dapat terpenuhi. Jadi dalam proses belajar mengajar peserta didiklah
yang harus diperhatikan baik itu kebutuhan-kebutuhannya, dimensi-dimensinya,
serta etikanya juga harus diperhatikan.
F. Pendidik
Dalam Perspektif Pendidikan Islam
Selain peserta didik yang harus
diperhatikan ada juga yang disebut pendidik.
Pendidik
adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya
dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik.[21]
Pendidik bertanggung jawab dalam menentukan perkembangan serta pertumbuhan
peserta didik baik itu jasmani dan rohaninya, agar mencapai tujuan pendidikan
yang ingin dicapai. Pendidik berperan menentukan arah peserta didik untuk
mencapai kesempurnaan. Apabila pendidik tidak memahami betul keinginan dari
peserta didiknya maka akan terjadi kegagalan dalam proses belajar mengajar
serta tujuan dari pendidikan tidak terpenuhi.
Tugas utama seorang pendidik adalah
menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk
mendekatkan diri kepada allah swt..[22]
Pendidik menyempurnakan, membersihkan serta menyucikan hati setiap manusia atau
dalam pendidikan yaitu peserta didik apa yang belum sempurna dalam diri peserta
didik untuk senantiasa selalu mendekatkan diri kepada allah swt. yang telah
memberikan ilmu kepada pendidik atau peserta didik.
G. Peralatan
Pendidikan Islam
Alat adalah sesuatu yang digunakan
untuk mempermudah suatu kegiatan. Dalam pendidikan Islam, alat ini digunakan
untuk membantu mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai. Adapun alat tersebut
bukan seperti benda-benda melainkan sesuatu hal yaitu kurikulum,
pendekatan-pendekatan, materi, metode, media dan evaluasi. Peralatan tersebut
digunakan sebaik mungkin oleh pelaku pendidikan Islam untuk mencapai yang
namanya kesempurnaan.
1.
Kurikulum Pendidikan
Islam
Kurikulum adalah seperangkat
perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pedidikan dalam mewujudkan tujuan
pendidikan yang diinginkan.[23] Kurikulum
berfungsi sebagai rangka untuk mencapai tujuan pendidikan. kurikulum sebagai
hiadangan yang telah disiapkan untuk peserta didik dan sebagai pedoman kerja
serta pedoman mengadakan evaluasi bagi pendidik. Kurikulum juga berfungsi untuk
kepala sekolah, bagi orang tua peserta didik, bagi masyarakat, dan lain-lain.
2.
Pendekatan Pendidikan
Islam
Pendekatan adalah proses
perbuatan, cara mendekati. Pendekatan pendidikan Islam yaitu cara mendekati
mengenai hakikat pendidikan Islam dan pengajaran agama Islam serta belajar
agama Islam. Pendekatan selalu berkaitan dengan tujuan, metode dan teknik.
Kedudukan pendekatan sangat penting dalam proses pendidikan Islam dalam upaya
pencapaian tujuan, karena pendekatan menjadi sarana yang sangat bermakna bagi
materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan. Adapun
pendekatan-pendekatan tersebut seperti pendekatan filosofis, pendekatan
Induksi-Deduksi, Sosio-Kultural, Fungsional, serta pendekatan Emosional.[24] Pendekatan
yang digunakan dalam pendidikan Islam yaitu:
a. Pendekatan pengalaman; pemberian pengalaman keagamaan
kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan.
b. Pendekatan pembiasaan; suatu tingkah laku tertentu
yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu
saja tanpa perlu pemikiran lebih lanjut.
c. Pendekatan emosional; usaha untuk menggugah perasaan
dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan yang
baik dan yang buruk.
d. Pendekatan rasional; suatu pendekatan mempergunakan
akal dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah swt.
e. Pendekatan fungsional; usaha memberikan materi agama
menekankan kepada segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari, sesuai dengan tingkat perkembangannya.
f. Pendekatan keteladanan; memperlihatkan keteladanan,
baik yang berlangsung melaui kondisi pergaulan yang akrab, maupun yang tidak
langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan.[25]
3.
Materi Pendidikan
Islam
Materi adalah sesuatu yg menjadi
bahan untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan, dikarangkan, dan lain-lain. Menurut
Umar bin Khattab, Ibnu Sina, Abu Thawam, Al-Ghazali, Al-Jahiz[26]
bahwa materi pendidikan Islam yang utama untuk peserta didik yaitu al-Quran.
Yang mencakup mengenai keterampilan cara membaca al-Quran, menghafal,
menganalisa, serta mengamalkan isi al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.
4.
Metode Pendidikan
Islam
Metode yaitu cara yang teratur dan
telah dipikirkan baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Dalam hal ini, metode
ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Tujuannya untuk menjadikan
proses dan hasil belajar mengajar ajaran Islam lebih berguna dan menimbulkan
kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran Islam melalui teknik
motivasi yang menimbulkan gairah belajar secara baik terhadap peserta didik. Fungsinya
sebagai pemberi inspirasi pada peserta didik melalui proses hubungan yang
serasi antara pendidik dan peserta didik yang seiring dengan tujuan pendidikan
Islam.[27]
5.
Media Pendidikan
Islam
Media
pendidikan Islam yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu
tercapainya tujuan pendidikan Islam. Untuk itu pendidikan Islam yang
mengutamakan pengajaran ilmu dan pembentukan akhlak, maka medianya ialah alat-alat
pendidikan ilmu dan media pembentukan akhlak adalah pergaulan.[28]
Jenis media pendidikan Islam yaitu berupa media yang bersifat alat-alat
pendidikan yang dimaksud misalnya media tulis seperti al-Quran, hadits, tauhid
dan lain-lain; benda-benda alam seperti manusia, hewan, tumbuhan; gambar-gambar
seperti lukisan; gambar yang berupa film; dan lain-lain.[29] Dan
media dan yang bersifat bukan benda atau alat berupa keteladanan, perintah dan
larangan, serta berupa ganjaran dan hukuman.[30]
6.
Evaluasi Pendidikan
Islam
Evaluasi adalah suatu proses
penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik untuk
tujuan pendidikan. Evaluasi pendidikan Islam merupakan suatu kegiatan untuk
menentukan taraf kemajuan suatu aktifitas didalam pendidikan Islam. Tujuan
evaluasi untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi
pelajaran, melatih keberanian dan mengajak peserta didik untuk mengingat
kembali materi yang telah deiberikan, dan mengetahui tingkat perubahan
perilaku. Funsinya untuk membantu peserta diaik agar dapat mengubah atau
mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta memberi bantuan cara meraih
suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana mestinya.[31]
7.
Sistem Pendidikan Islam
Sistem merupakan perangkat
unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk totalitas,
susunan yang teratur. Sistem juga diartikan sebagai metode. Sistem pendidikan
Islam adalah seperangkat unsur yang
terdapat dalam pendidikan yang berorientasi pada ajaran Islam yang saling
berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan dalam mencapai tujuan. Komponen
unsur-unsur tersebut seperti tujuan pendidikan Islam, pendidik, peserta didik,
lingkungan pendidikan, dan sarana pendidikan.[32]
Kelima unsur tersebut saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Ketika salah
satunya tidak ada maka pendidikan Islam sulit untuk berkembang dan tujuan
pendidikan Islam tidak mungkin tercapai.
H. Lingkungan atau Lembaga Pendidikan Perspektif Islam
Lingkungan
merupakan pengaruh besar terhadap perkembangan peserta didik didalam pendidikan
Islam. Lingkungan yang baik akan mempengaruhi perilaku dari peserta didik. Apabila
lingkungan yang berada disekitar peserta didik itu baik maka perkembangan
peserta didik akan ikut baik, begitu pula dengan sebaliknya apabila
lingkungannya tidak baik maka perkembangan peserta didik akan ikut tidak baik
(buruk). Adapun lingkungan atau lembaga pendidikan yang dapat memberikan
pengaruh bauk kepada peserta didik yaitu:
1.
Sekolah atau Madrasah Sebagai
Lembaga Pendidikan Islam
Sekolah atau madrasah adalah
tempat untuk menimba ilmu. Sekolah merupakan tempat berkumpulnya peserta didik
dengan umur yang hampir sama, dengan pengetahuan yang kurang lebih sederajat,
serta menerima pengetahuan yang sama.[33]
Sekolah atau madrasah diharapkan sebagai lembaga pendidikan yang merupakan
wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuannya agar tercapai
manusia yang sempurna dan tercapai tujuan pendidikan Islam yang diinginkan. Ketika peserta didik berada di sekolah, guru
berfungsi untuk membantu peran orang tua sebagai pendidik di lingkungan
keluarga.
2.
Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan
lingkungan pertama yang dilewati oleh peserta didik.[34]
Yang berperan sebagai pendidik ialah orang tua peserta didik. Kasih sayang dari
orang tua mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan peserta didik dan
kelancaran proses pendidikan Islam. Pendidikan keluarga sangat penting bagi
peserta didik karena apa yang terjadi pada lingkungan keluarga membawa pengaruh
terhadap peserta didik baik dilingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.
3.
Masyarakat
Selain lingkungan keluarga,
lingkungan masyarkat juga memberi dampak terhadap perkembangan peserta didik.
Jika lingkungan masyarakat yang digauli oleh peserta didik menerapkan dan
menghargai ajaran Islam maka akan menjadikan peserta didik cinta dan rajin
mengamalkan ajaran Islam, sebaliknya jika pergaulan peserta didik dalam
lingkungan masyarakat yang negatif juga akan memberikan dampak terhadap peserta
didik yang kurang baik pula.[35]
Pada lingkungan masyarakat diperlukan kesadaran dari diri peserta didik untuk
memilih tempat bergaul yang baik untuk kehidupannya. Begitu pula dengan orang
tua harus mengamati anak-anaknya agar tidak terjerumus kedalam lingkungan
masyarakat yang tidak baik.
4.
Linkungan Individu
Lingkungan ini merupakan lingkungan
diri sendiri. Manusia dapat dikatakan sebagai individu yang berkepribadian
muslim, jika memiliki tingkah laku dan kejiwaan sesuai dengan ajaran Islam.
5.
Lingkungan
Negara
Lingkungan ini merupakan lingkungan
atau lembaga yang paling luas karena lingkungan ini menyangkut nasional bahkan
internasional. Pendidikan diarahkan untuk membentuk warga Negara yang baik.
Jika individu dan masyarakat baik maka Negara akan baik pula sehingga terwujud
Negara yang adil, maklmur dan sejahtera.
I. Periodisasi Pendidikan Islam
Tidak terlepas dari konsep
pendidikan seumur hidup, maka periodisasi pendidikan Islam harus disesuaikan
dengan perjalanan hidup manusia. Perjalanan hidup manusia melalui
tahapan-tahapan tertentu, untuk itu periodisasi pendidikan Islam harus sesuai
dengan tahapan tersebut. Adapun tahapan tersebut ialah:
1. Pendidikan Prenatal; pendidikan pranatal atau
Tarbiyah Qabl al-Wiladah terbagi atas dua masa periode yaitu:
a. Masa pra konsepsi; masa ini terjadi sebelum kedua
orang tua belum memiliki status kekeluargaan atau belum mengalami pernikahan.
Awal mula pendidikan anak tidak dapat dilepaskan dari tujuan pernikahan yaitu
lahirnya keturunan yang dapat dibanggakan dalam pendidikan Islam. Maka dari itu
pemilihan pasangan sebelum menikah sudah menjadi kepedulian utama dalam
merancang pendidikan anak. Persiapan mendidik anak dalam ajaran islam suadah
dimulai pada waktu pemilihan pasangan yaitu pemilihan calon istri atau suami.[36]
b. Masa konsepsi; pada masa ini proses pendidikan sudah
bisa dimulai, walau masih bersifat tidak langsung. Masa ini disebut juga dengan
masa kehamilan yang berlangsung kurang lebih Sembilan bulan. Meskipun masa ini relatif
singkat namun memberikan makna sangat penting bagi proses pembentukan
kepribadian manusia berikutnya. Didalam al-Quran dan hadits tidak menjelaskan
secara terperinci mengenai proses pendidikan yang terdapat pada masa kehamilan,
namun Islam melihatnya dari beberapa aspek pendidikan. Pada masa kehamilan
harus diyakini bahwa kandungan berawal dari adanya kehidupan, setelah itu allah
swt. mengutus malaikat untuk meniupkan roh kepadanya, dan aspek yang penting
bagi janin dalam kandungan adalah aspek agama.[37]
2. Pendidikan Pasca Natal;
a. Pendidikan bayi; setelah
masa pra konsepsi dan masa pasca konsepsi kemudian dilanjutkan pada periode
bayi. Periode ini kehidupan bayi sangat bergantung pada pihak lain, terutama
seorang ibu. Peranan ibu mulai dari memberi makan, membersihkan tempat dan
pakaian, memandikan, menidurkan, dan lain-lain yang hampir semuanya dilakukan
oleh seorang ibu. Peranan ibu tersebut tentu mempunyai arti tersendiri bagi
pendidikannya.
b. Pendidikan kanak-kanak; Kemudian periode kanak-kanak
yang bermula dari selepas umur dua tahun sampai enam tahun. Anak-anak pada masa
ini mulai bersifat meniru keadaan sekitarnya. Banyak bermain dengan sandiwara
atau khayalan. Kegiatan yang bermacam-macam tersebut akan memberikan
keterampilandan pengalaman si anak dalam pendidikannya. Maka dari itu kelakuan
sekitar anak pada masa ini hendaknya tetap, tak ada kegoncangan, karena akan
menyebabkan kebingunan dan keraguan pada anak.
c. Pendidikan anak-anak; Selanjutnya pada masa
anak-anak. Pada masa ini anak mulai mengenal tuhan melalui bahasa, dari kata-kata
orang yang berada pada lingkungannya yang mula-mula diterimanya secara acuh tak
acuh. Lama-kelamaan tanpa disadari oleh anak tersebut, masuklah pemikiran
tentang tuhan dalam pembentukan kepribadiannya dan menjadi objek pengalaman
agama.
d. Pendidikan remaja; masa ini berlansung antara umur
12 sampai 21 tahun. Pada masa ini, anak semakin mampu dan memahami nilai-nilai
norma yang berlaku didalam kehidupannya. Periode ini sangat baik untuk membantu
anak-anak guna menumbuhkan sikap bertanggung jawab dan memahami nilai-nilai
terutama yang bersumber dari agama Islam.
e. Pendidikan dewasa; Setelah
itu anak akan mengalami masa periode dewasa. Umur dewasa dimulai dari
berakhirnya kegoncangan pada masa remaja. Ketika seseorang telah mencapai usia
dewasa, maka sudah mempunyai banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman. Pada masa
ini seseorang mulai langsung berhadapan dengan masalah pekerjaan, masalah
kemasyarakatan, dan masa perkawinan. Untuk itu pendidikan agama Islam masih
dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Berakhirnya masa
dewasa bukan berarti berakhir pula pendidikan. mengucapkan syahadat bagi orang yang sakratul maut sebagai akhir bagi
pendidikan Islam.[38]
J. Wewenang dan Tanggung Jawab Pendidikan Islam
“Dalam GBHN (ketetapan MPR No. IV/MPR/1978),
berkenaan dengan pendidikan dikemukakan bahwa pendidikan berlangsung seumur
hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan
masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat, dan pemerintah”.[39]
Dalam kutipan diatas
bahwa yang pertama bertanggung jawab dalam pendidikan Islam adalah keluarga
yaitu orang tua. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak
mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Sejak seseorang
lahir, seorang Ibulah yang selalu ada disamping anaknya bagi yang memiliki
seorang ibu. Terkadang seorang anak meniru kelakuan ibunya, bahkan seorang anak
akan lebih cinta kepada ibunya dibandingkan dengan ayahnya, apabila seorang ibu
mampu menjalankan perannya sebagai seorang ibu bagi anaknya. Sedangkan pengaruh
seorang ayah terhadap anak juga pengaruhnya besar karena cara seorang ayah
mencari nafkah untuk keluarganya juga akan berpengaruh pada kinerja pekerjaan
anaknya. Seorang ayah merupakan penolong utama, bahkan bagi anak yang sudah
tumbuh besar, bila seorang ayah mampu memahami hati bagi anak-anaknya.
Orang tua merupakan penanggung jawab yang
utama tetapi tidak sepenuhnya memikul tanggung jawab anak-anaknya terhadap
pendidikan Islam. Terkadang orang tua tersebut menyerahkan sebagian sebagian
tanggung jawab pendidikan anak-anaknya kepada lembaga pendidikan Islam atau
sekolah, berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab orang tua kepada guru atau
pendidik. Seorang pendidiklah yang nantinya mengarahkan anak atau peserta didik
kearah tujuan pendidikan Islam.
Selanjutnya bertanggung
jawab terdapap pendidikan Islam adalah masyarakat. Secara sederhana masyarakat
dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh
kesatuan negara, kebudayaan dan agama.[40]
Perilaku masyarakat sekitar peserta didik akan memberikan pengaruh terhadapnya.
Masyarakat pada umumnya harus memberikan contoh perilaku yang baik terhadap
masyarakat yang lebih mudah darinya yaitu peserta didik karena peserta didik
akan meniru segala kelakuan dari sekitarnya jika para peserta didik tersebut
menganggap hal tersebut baik bagi dirinya. Didalam lingkungan masyarakat yang
memberikan pengaruh besar adalah pemimpinnya. Pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang menghendaki agar peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
taat dan patuh terhadap agama. Maka pemimpin tersebut akan memberikan pengaruh baik
tersebut terhadap yang dipimpinnya terutama peserta didik.
K. Konsep Pendidikan Seumur Hidup Dalam Pendidikan Islam
Konsep pendidikan seumur hidup artinya setiap individu
berhak mendapatkan pendidikan mulai dari bayi hingga meninggal dunia, sepanjang
hidup dari individu tersebut.
“Dalam GBHN (ketetapan MPR No.
IV/MPR/1978), berkenaan dengan pendidikan dikemukakan bahwa pendidikan
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga,
sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama
antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.”[41]
Hal
tersebut berarti setiap manusia diharapkan supaya selalu berkembang dalam
pendidikan sepanjang hidup, dan dipihak masyarakat dan pemerintah diharapkan
agar dapat menciptakan situasi yang menantang untuk belajar. Sekolah bukanlah
satu-satunya bagi setiap orang untuk belajar, melainkan hanya sebagian dari
waktu belajar yang akan berlangsung seumur hidup.
Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas
bahwa pendidikan adalah suatu proses yang terus menerus (kontiniu) dari bayi
sampai meninggal dunia.[42] Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk
belajar secara informal, non formal maupun formal baik yang berlansung dalam
keluarga, disekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat.
Konsep ini sesuai dengan konsep islam seperti yang tercantum dalam hadis nabi
Muhammad SAW., yang menganjurkan belajar mulai dari buaian sampai ke liang
kubur.
“Sebenarnya ide pendidikan seumur hidup
telah lama dalam sejarah pendidikan, tetapi baru popular sejak terbitnya buku
Paul Langrend An Introduction to Live Long Education (sesudah perang dunia II).
Kemudian diambil alih oleh Internasional Commission on the Development of
Education (UNESCO). Istilah pendidikan seumur hidup (Live Long Integrated Education) tidak dapat diganti dengan
istilah-istilah lain sebab isi dan luasnya (scope-nya)
tidak persis sama, seperti istilah out of
school education, continuing education, adult education, further education,
recurrent education.”[43]
L. Fitrah dan Pendidikan Karakter Perspektif Pendidikan Islam
1.
Fitrah dalam Perspektif
Pendidikan Islam
Fitrah dalam arti etimologi berarti al-khilqah, al-ibda’, al-ja’l yang
artinya penciptaan.[44]
Fitrah berasal dari kata fhatara yang
sepadan dengan khalaqa dan ansyaa yang artinya mencipta, biasanya digunakan
dalam al-Quran untuk menunjukkan pengertian mencipta sesuatu yang sebelumnya
belum ada dan masih merupakan pola dasar yang perlu penyempurnaan.[45]
Pada dasarnya fitrah disebut sebagai potensi dasar manusia,[46]
setiap manusia memiliki beberapa potensi dan diberi kebebasan untuk
mengembangkan potensi yang disukainya.
Fitrah manusia sebagai anugrah Allah swt.
harus dikembangkan agar manusia dapat menjadi manusia yang sempurna (insan
kamil). Pengembangan fitrah adalah salah satu risalah yang diemban oleh nabi
Muhammad saw. Setiap usaha pengembangan fitrah itu harus dilaksanakan secara
sadar, berencana dan sistematis, juga harus dilaksanakan secara menyeluruh dan
berimbang. Apabila semua jenis fitrah tersebut tidak dilaksanakan secara
menyeluruh dan berimbang tidak akan tercapai manusia sempurna, bahkan dapat
mendatangkan kehancuran bagi manusia.[47]
Faktor yang mempengaruhi
berkembangnya atau tidaknya fitrah itu, yaitu:
a.
usaha manusia
sendiri; dalam rangka penembangan fitrah beragama, fitrah intelek, dan fitrah
sosial.
b.
Hidayah
(petunjuk); hidayah yang diberikan oleh Allah swt. dalam rangka pengembangan
fitrah yaitu hidayah akal, hidayah hati, hidayah agama.[48]
2.
Pendidikan Karakter Perspektif Pendidikan Islam
Berbicara tentang kepribadian
biasanya menyangkut banyak aspek saperti kedirian, karakter, watak, ego, oknum,
self, dan bahkan menyangkut identitas bangsa.[49]
Namun aspek tersebut, aspek karakterlah yang mendekati pembahasan mengenai
kepribadian pendidikan Islam. Menurut sebagian psikolog ada yang mnyebutkan
bahwa kepribadian dengan karakter artinya watak, perangai. Sedangkan ilmu yang
mempelajari ilmu tersebut disebut dengan The
Psychologi of character atau characterologi.
Istilah kepribadian merupakan istilah yang tepat untuk mencerminkan konsep
keunikan diri seseorang karena ruang lingkupnya jelas.[50]
Ciri khas yang menjadi sasaran
pembentukan kepribadian atau karakter orang muslim ialah terwujudnya perilaku
yang mulia sesuai dengan ajaran Islam dan tuntunan Allah swt., atau istilahnya
disebut akhlak yang mulia.[51]
Pendidikan akhlak berfungsi sebagai pemberi nilai-nilai keislaman pada
seseorang. Dengan adanya nilai-nilai Islam dalam diri seseorang maka akan
terbentuk kepribadian atau karakter sebagai karakter orang muslim baik
hubungannya antara seorang hamba dengan Allah swt., manusia dengan manusia,
serta hubungannya dengan makhluk lainnya.
BAB III
PENUTUP
Ilmu pendidikan Islam ialah proses
yang dilakukan secara bertahap, berjenjang, terencana, terstruktur, serta terus
menerus tentang pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya
pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, pengasuhan, dan
pengembangan untuk mencapai kesempurnaan hidup. Ilmu pendidikan Islam berdasar
kepada dasar historis, sosial, ekonomi, politik dan
administrasi, psikologis, dan filsafat serta dasar religious. Tujuannya
menjadikan manusia sebagai manusia yang sempurna dalam pandangan Islam.
Fungsinya yaitu menyediakan segala
fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan Islam tersebut tercapai dan
berjalan dengan lancar.
Pada hakekatnya ilmu pendidikan Islam
mamiliki batas-batasan yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu al-Quran,
as-Sunnah serta keputusan para ulama. Pendidikan Islam berasaskan terhadap tut
wuri handayani, asas sepanjang hayat dan asas kemandirian dalam belajar.
Pendidikan Islam juga memiliki kurikulum untuk dilaksanakan, mempunyai
pendekatan-pendekatan dalam mewujudkan tujuan, materi yang memadai, metode,
serta media untuk membantu kelangsungan kegiatan pendidikan. Pendidikan Islam
juga melakukan suatu kegiatan evaluasi untuk peserta didiknya juga memiliki
sistem yang baik.
Pendidikan Islam bisa dilakukan
dimana saja bisa dilakukan dalam lingkungan sekolah yang berwewenang yaitu
pendidik, keluarga yaitu orang tua, masyarakat dan lain-lain. Dalam memberikan
pengembangan kepada peserta didik, pendidikan Islam membedakannya sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan manusia baik pada masa sebelum peserta didik lahir
hingga peserta didik menghembuskan nafas terakhirnya. Itu semua sesuai dengan
konsep pendidikan seumur hidup yang diberikan setiap manusia sebagai fitrah
bahwa manusia anugrah Allah swt. yang harus dikembangkan agar manusia dapat
menjadi manusia yang sempurna (insan kamil).
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. Ideology Pendidikan Islam, Cet.I;
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Arief, Armei. Pengantar
Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Cet.I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Daradjat, Zakiah; dkk. Ilmu Pendidikan Islam,
Ed. I. Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif, Jakarta: Rineka
Cipta, 2000.
Ihsan, Fuad. Dasar-Dasar
Kependidikan, Cet.VI; Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Mujib, Abdul dan Yusuf Mudzakkir. .Ilmu Pendidikan Islam, Ed. I. Cet. I;
Jakarta: Kencana, 2006.
Ramayulis.
Ilmu Pendidikan Islam. Cet. III;
Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Rosyadi, Khoiron. Pendidikan Profetik. Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Tafsir, Ahmad. Ilmu
Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Cet. VI; Bandung: Remaja Rosdakrya, 2005.
Tirtarahardja, Umar. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 2000.
[1] Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam,
(Cet. VI; Bandung: Remaja Rosdakrya, 2005). h.12.
[2] Kata
“pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa Arabnya adalah
“tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”. Kata “pengajaran” dalam bahasa Arabnya
adalah “ta’lim” dengan kata kerjanya “’allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam
bahasa Arabnya “tarbiyah wa ta’lim” sedangkan “pendidikan Islam” dalam bahasa
Arabnya adalah “tarbiyah Islamiyah”. (Zakiah Daradjat; dkk. Ilmu Pendidikan Islam,
Ed. I(Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara, 1996). h. 25) .
[3] Kata kerja rabba (mendidik)
sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad saw. seperti terlihat dalam ayat
Al-Qur’an dan Hadist Nabi. (ibid.).
[4] Al-Quran surah al-isra’(017): 24
[5] Lihat Khoiron Rosyadi. Pendidikan Profetik (Cet. I; Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004). h.147.
[6] Imam al-Baidhawi (wafat 685 H)
mengatakan, makna asal al-Rabb adalah
al-tarbiyah, yaitu menyampaikan
sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna. Al-Raghib al-Asfahani (wafat 502
H) menyatakan, makna asal al-Rabb
adalah al-tarbiyah, yaitu memelihara
sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna. (ibid. h. 147-148).
[7] Lihat ibid. h. 142-146
[8] Pengertian pendidikan seperti
yang lazim dipahami sekarang belum terdapat didik zaman. Tetapi usaha dan
kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan
berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat,
memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosialyang mendukung pelaksanaan
ide pembentukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti pendidikan dalam
pengertian sekarang. (Zakiah Daradjat; dkk.
Op. Cit. h. 27).
[9] Ahmad Tafsir. Op. Cit. h. 24.
[10] Ibid.
[11] Khoiron Rosyadi. Op. Cit. h. 135-136.
[12] Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir.
.Ilmu Pendidikan Islam, Ed. I(Cet. I;
Jakarta: Kencana, 2006). h. 44-49.
[14] Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir.
Op. Cit. h. 68.
[15] Dijadikan as-Sunnah sebagai
dasar pendidikan Islam tidak terlepas dari fungsi as-Sunnah itu sendiri
terhadap al-Quran. Fungsi as-Sunnah terhadap al-Quran adalah sangat penting. (Khoiron
Rosyadi. Op. Cit. h. 155).
[16] Ijtihad adalah istilah para
fuqaha, yaitu berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh
ilmuan syari’at Islam untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum Syari’at Islam
dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-Quran dan as-Sunnah.
(Zakiah Daradjat; dkk. Op. Cit. h. 21).
[17] Prinsip berarti
asas (kebenaran yang jadi pokok dasar orang berfikir, bertindak, dan
sebagainya). Dagobert D. Runes mengartikannya kebenaran yang bersifat universal
(universal truth) yang menjadi sifat dari sesuatu. (Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam,(Cet. III;
Jakarta: Kalam Mulia, 2002). h. 7.
[18] Ibid. h. 62.
[19] Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan (Jakarta : Rineka
Cipta, 2000). h.117-122.
[20] Anak didik adalah setiap orang
yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan
kegiatan pendidikan. (Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000). h. 51).
[21] Sebagaimana teori Barat,
Pendidik dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik
potensi (rasa), kognitif, (cipta), maupun psikomotorik (karsa). (Abdul Mujib dan
Yusuf Mudzakkir. Op. Cit. h. 87).
[22] Ibid. h. 90.
[23] Ibid. h. 122.
[24] Lihat Armei
Arief. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Cet.I;
Jakarta: Ciputat Pers, 2002). h.
99-107.
[25] Lihat Ramayulis. Op. Cit. h.150-154.
[26] Lihat Armei Arief. Op. Cit. h. 30-31.
[27] Lihat Abdul Mujib dan Yusuf
Mudzakkir. Op. Cit. h. 167-168.
[28] Oleh karena pendidikan Islam mengutamakan pengajaran ilmu
dan pembentukan akhlak, maka alat untuk mencapai ilmu adalah alat-alat
pendidikan ilmu sedangkan alat untuk pembentukan akhlak adalah pergaulan. (Zakiah
Daradjat; dkk. Op. Cit. h. 80.
[29] Lihat Ibid. h. 81.
[30] Lihat Ramayulis Op. Cit. h. 184-188.
[33] Di sekolah
berkumpul anak-anak dengan umur yang hampir sama, dengan taraf pengetahuan yang
kurang lebih sederajat dan secara sekaligus menerima pelajaran yang sama. (Zakiah Daradjat; dkk. Op. Cit. h. 71.
[34] Lingkungan ini merupakan
lingkungan pertama yang dialami anak didik. (Armei Arief. Op. Cit. h. 76).
[35] Lingkungan ini juga sangat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Perkumpulan dan persekutuan hidup masyarakat
yang menghargai ajaran Islam akan menjadikan anak cinta dan rajin untuk
mengamalkan ajaran Islam, demikian sebaliknya. (Ibid. h. 77).
[36] Lihat Ramayulis. Op. Cit. h. 256.
[37] Lihat Ibid. h. 259-260.
[38] Lihat Ibid. h. 263-274.
[39] Zakiah Daradjat; dkk. Op.
Cit. h. 35.
[40] Ibid. h. 34.
[41] Ibid.
[42] Fuad Ihsan. Dasar-Dasar Kependidikan,(Cet.VI; Jakarta: Rineka Cipta, 2010). h.
40.
[43] Ibid. h. 41.
[44] Ramayulis. Op. Cit. h. 278.
[45] Lihat Achmadi.
Ideology Pendidikan Islam, (Cet.I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005). h. 41.
[46] Lihat ramayulis. Op. Cit. h. 278.
[47] Lihat Ibid. h. 280-281.
[48] Lihat Ibid. h. 282-283.
[49] Ibid. h. 287
[50] Lihat Ibid.
[51] Sebagaimana dijelaskan
sebelumnya bahwa Ciri khas kepribadian muslim adalah terwujudnya perilaku mulia
sesuai tuntunan Allah swt., yang istilah lain disebut disebut akhlak yang
mulia. Ciri khas ini sekaligus menjadi sasaran pembentukan kepribadian. (Ibid. h. 295).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar