Kamis, 09 Mei 2013

ilmu pendidikan islam

ILMU PENDIDIKAN ISLAM



Makalah ini diajukan dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam Jurusan Tarbiyah program study Manajemen Pendidikan Islam Semester III Kelompok V


Oleh:
Aidil Anas
02113108










SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
WATAMPONE
2013

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam.[1] Islam adalah nama agama yang dibawa oleh nabi yang terakhir yaitu Nabi Muhammad saw. Islam merupakan ajaran mengenai kehidupan manusia yang berdasarkan dan bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits. Segala sesuatu yang berhungan dengan kehidupan sehari-hari sudah diatur didalam al-Quran, dan dipertegas kembali melalui hadits-hadits nabi Muhammad saw.
Dalam pendidikan, seseorang diberikan pertolongan kepada pelaku pendidikan atau peserta didik untuk menuju kedewasaan, istilah pendidikan Islam yaitu menuju kesempurnaan yang berdasarkan al-Quran dan hadits.  Yang memberikan pertolongan tersebut ialah seorang pendidik. Seorang pendidik harus memperhatikan peserta didiknya jika ingin mencapai tujuan pendidikan.
Ilmu pendidikan Islam tidaklah berdiri sendiri untuk menjadikan peserta didik menuju kesempurnaan. Ilmu pendidikan Islam juga membutuhkan ilmu-ilmu lain untuk mengembangkan kualitas peserta didik. Ilmu pendidikan Islam bersifat terbuka, menerima pengaruh dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang relevan, namun tidaklah bersifat liberal, melainkan juga haruslah berpedoman kepada ajaran Islam yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadits serta pendapat para ulama ulama.
Dengan adanya ilmu pendidikan Islam memberikan harapan kepada manusia untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah swt. yang telah menciptakan manusia. Juga dapat memperbaiki hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, serta hubungan manusia dengan makhluk lainnya. Menjadikan manusia berakhlak yang mulia. Pada hakekatnya ilmu pendidikan Islam sangat berhubungan dengan sumber pokok ajaran Islam y6ang senantiasa mengembangkan fitrah manusia.



B. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari pendidikan Islam?
2.      Apa dasar, tujuan serta fungsi pendidikan Islam?
3.      Apa batas-batas pendidikan Islam?
4.      Apa asas-asas dari pendidikan Islam?
5.      Bagaimana peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam?
6.      Bagaimana pendidik dalam perspektif pendidikan Islam?
7.      Apa peralatan pendidikan Islam?
8.      Bagaimana lingkungan atau lembaga pendidikan Islam?
9.      Bagaimana periodisasi pendidikan Islam?
10.  Siapa yang berwewenang atau bertanggung jawab dalam pendidikan Islam?
11.  Bagaimana konsep pendidikan seumur hidup dalam pendidikan Islam?
12.  Bagaimana fitrah dan pendidikan karakter perspektif Islam?

 

BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Pendidikan Islam
Menurut bahasa dalam artian bahasa arab, kata “pendidikan” berasal dari kata “tarbiyah”, dengan kata kerja yaitu “rabba”, sedangkan kata “pengajaran” berasal dari kata “ta’lim” dengan kata kerjanya “’allama”. Ketikan digabung antara kata pendidikan dan pengajaran artinya “tarbiyah wa ta’lim” sedangkan “pendidikan Islam” artinya “tarbiyah Islamiyah”.[2]
Kata “tarbiyah” yang kata kerjanya “rabba” artinya mendidik sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad saw.[3] seperti yang terlihat pada ayat al-Quran sebagai berikut:
Terjemahannya:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”[4]
Menurut Abdurrahman an-Nahlawi[5] kata “al-tarbiyah” lebih tepat digunakan dalam terminologi pendidikan Islam. Lafal “al-tarbiyah” berasal dari tiga kata yaitu “Raba-yarbu” yang artinya bertambah dan bertumbuh, “Rabiya-yarbu” dengan wazan “Khafiyah-yakhfa” atinya menjadi besar, dan “Rabba-yarabbu” dengan wazan “madda yamuddu” artinya memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, serta memelihara. Imam al-Baidhawi dan Al-Raghib al-Asfahani[6] mengatakan bahwa lafal “al-Rabb” adalah “al-Tarbiyah”.
Kata “Ta’lim” dengan kata kerjanya “’allama” juga sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad saw. Menurut Abdul Fatah Jalal[7] proses “Ta’lim” lebih universal dari proses “tarbiyah”. Jalal memulai menjelaskan pendapatnya dengan menjelaskan tingginya kedudukan ilmu pengetahuan dalam Islam. Jalil mengutip al-Quran surah al-Baqarah ayat 30-34 serta pada ayat 151. Jalil juga menyatakan bahwa “Ta’lim” mencakup aspek-aspek pengetahuan lainnya, juga keterampilan yangt dibutuhkan dalam kehidupan pedoman berperilaku.
Sedangkan menurut istilah, pengertian pedidikan belum terdapat pada zaman nabi. Tapi usaha dan kegiatan yang dicontohkan nabi Muhammad saw. sudah menunjukkan kearah arti pendidikan saat ini.[8]
“Pendidikan menurut orang awam, adalah mengajari murid di sekolah, melatih anak hidup sehat,l melatih silat, menekuni penelitian, membawa anak kemasjid atau gereja, melatih anak menyanyi, bertukan dan lain-lain. Semua itu adalah pendidikan. Itu sudah mencukupi untuk orang awam.”[9]
Pendidikan menurut para ahli yaitu Ahmad D. Marimba bahwa pendidikan yaitu bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[10] Pendidik bertanggung jawab dalam memberikan bimbingan serta pengarahan kepada peserta didik mengenai perkembangan jasmani dan rohaninya. Pendidik memberikan arahan secara sadar tidak secara main-main terhadap peserta didik. Semua itu dilakukan agar peserta didik mampu menuju kearah kesempurnaan pendidikan.
Menurut Mortiner J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses dimana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhioleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan yang baik melalui sarana yang artistik dibuat dan dipakai oleh siapa pun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkannya, yaitu kebiasaan yang baik.[11]
            Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pendidikan Islam ialah proses yang dilakukan secara bertahap, berjenjang, terencana, terstruktur, serta terus menerus tentang pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, pengasuhan, dan pengembangan untuk mencapai kesempurnaan hidup.
                                   


B. Dasar, Tujuan, dan Fungsi Pendidikan Islam
1.      Dasar Pendidikan Islam
            Dasar pendidikan Islam merupakan landasan operasional yang dijadikan dasar atau sumber pendidikan Islam. Dalam Islam, dasar operasional segala sesuatu adalah agama, karena agama menjadi sumber bagi setiap aktivitas atau kegiatan yang berdasarkan Islam. Adapun dasar pendidikan Islam yaitu:
a.       Dasar historis; dasar historis adalah dasar yang berorientasi pada pengalaman pendidikan masa lalu, baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan-peraturan, agar kebijakan yang ditempuh masa kini akan lebih baik.
b.      Dasar sosiologis; dasar sosiologis adalah dasar yang memberikan kerangka sosio-budaya, yang mana dengan sosiobudaya itu pendidikan dilaksanakn. Dasar ini juga berfungsi sebagai tolak ukur dalam prestasi belajar.
c.       Dasar ekonomi; dasar ekonomi adalah yang memberikan persfektif tentang potensi-potensi financial, menggali dan mengatur sumber-sumber, serta bertaanggung jawab terhadap rencana dan anggaran pembelanjaannya.
d.      Dasar politik dan administratif; dasar yang memberikan bingkai ideologis, yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan direncanakan bersama.
e.       Dasar psikologi; dasar yang memberikan imformasi tentang bakat, minay, watak, karakter, motivasi, dan inovasi peserta didik, pendidik, tenaga administrasi, serta sumber daya manusia yang lain.
f.       Dasar filosofis; dasar yang memberikan kemampuan memilih yang terbaik, memberi arah suatu sistem, mengontrol dan memberi arah kepada semua dasar-dasar operasional lainnya.
g.      Dasar religius; dasar yang diturunkan dari ajaran agama. Dasar ini menjadi penting dalam pendidikan Islam, sebab dengan dasar ini maka semua kegiatan pendidikan jadi bermakna.[12]
2.      Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Dari pengertian pendidikan Islam dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan Islam diharapkan terwujud setelah orang mengalami pendidikan Islam secara keseluruhan kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil (manusia yang sempurna) dengan pola takwa. Dengan itu tujuan pendidikan Islam terbagi atas empat yaitu:
a.       Tujuan umum; tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara laia. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan yang berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut. Cara atau alat yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan ialah pengajaran. Karena itu pengajaran sering diidentikkan dengan pendidikan, meskipun kalau istilah ini sebenarnya tidak sama.
b.      Tujuan akhir; Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Tujuan akhir yang berbentuk insan kamil dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang.
c.       Tujuan sementara; tujuan yang akan dicapai setelah anak didik deberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, cirri pokok sudah kelihatan pada pribadi peserta didik.
d.      Tujuan operasional; tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada peserta didik, merupakan sebagian kemampuan dan keterampilan insan kamil dalam ukuran anak, yang menuju pada bentuk insan kamil yang semakin sempurna.[13]
3.      Fungsi Pendidikan Islam
            Fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas-tugas pendidikan Islam tersebut tercapai dan berjalan dengan lancar.[14] Menyediakan hal-hal atau sesuatu agar peserta didik yang memiliki tujuan yang jelas mengenai pendidikan Islam dapat tercapai sesuai dengan harapan serta berjalan dengan tanpa adanya halangan yang menghalangi.





C. Batas-Batas Pendidikan Islam
            Batas-batas artinya yang menjadi ruang lingkup, yang menjadi landasan, dasar-dasar ataupun batasan serta sumber dari pendidikan Islam. Seperti halnya dengan Islam yang menjadi pokok sumber hukumnya maka itu pulalah yang menjadi batasan dari ilmu pendidikan Islam. Adapun batas-batasan pendidikan Islam tersebut diantaranya al-Quran, as-Sunnah, serta ijtihad.
            Al-Quran telah diakui sebagai firman allah swt. dan merupakan dasar hukum bagi umat Islam. Al-Quran adalah firman allah swt. yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. yang tertulis dalam mushaf-mushaf dan diriwayatkan kepada manusia dengan jalan mutawatir dan membacanya merupakan ibadah. Sehingga sudah jelas bahwa al-Quran dijadikan sebagai batas atau ruang lingkup pendidikan Islam. Al-Quran merupakan sumber hukum umat Islam dalam kehidupannya maka dari itu al-Quran dijadikan pula sebagai sumber atau ruang lingkup ajaran ilmu pendidikan Islam yang pertama dan utama.
            As-Sunnah dijadikan sebagai ruang lingkup pendidikan Islam karena tidak terlepas dari fungsi as-Sunnah terhadap al-Quran.[15] As-Sunnah adalah segala sesuatu yang dinukilkan kepada nabi Muhammad saw. baik itu perkataan, perbuatan, serta ketetapannya.
Oleh karena itu as-Sunnah dijadikan batasan pendidikan Islam yang kedua kemudian yang ketiga ialah ijtihad. Ijtihad adalah kesepakatan ulama-ulama (ilmuan syari’at Islam) dalam menetukan hukum syariat Islam yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-Quran dan as-Sunnah.[16]






D. Asas-Asas Pendidikan Islam
Asas berarti prinsip, asas ialah kebenaran yang jadi pokok dasar orang yang berpikir sekaligus bertindak dan sebagainya. Menurut Dagobert D. Runes prinsip adalah suatu kebenaran yang bersifat universal  serta menjadi sifat dari sesuatu.[17] Asas pendidikan Islam merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Hasan Langgulung[18] mengemukakan bahwa ada enam dasar atau asas-asas pendidikan yaitu dasar historis, sosial, ekonomi, politik dan administrasi, psikologis, dan filsafat. Namun yang dimaksudkan asas-asas pendidikan Islam yaitu:
1.      Asas Tut Wuri Handayani; asas yang kini semboyang kemendiknas, pada awalnya merupakan salah satu dari “Asas 1922” yakni beberapa asas dari perguruan Nasional Taman Siswa (didirikan 3 juli 1922). Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sistem among dari perguruan itu. Asas ataupun semboyan tut wuri handayani yang dikumandangkan oleh Ki Hadjar Dewantara.
2.      Asas Belajar Seumur Hidup Hayat (Life Long Learning); asas ini merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup.
3.      Asas Kemandirian dalam Belajar; Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar.[19]





E. Peserta Didik Dalam Perspektif Pendidikan Islam
            Peserta didik merupakan salah satu komponen penting dalam suatu proses pendidikan Islam. Peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan terutama pendidikan Islam.[20] Dengan pendidikan seorang anggota masyarakat dikatakan sebagai peserta didik. Anggota masyarakat yang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan, berusaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur-jalur pendidikan.
Peserta didik adalah pokok persoalan dalam suatu proses pendidikan. Di dalam proses belajar mengajar peserta didik merupakan pihak yang memiliki tujuan, pihak yang memiliki cita-cita yang ingin dicapai secara optimal. Peserta didik akan menuntut dan melakukan sesuatu agar tujuan belajarnya dapat terpenuhi. Jadi dalam proses belajar mengajar peserta didiklah yang harus diperhatikan baik itu kebutuhan-kebutuhannya, dimensi-dimensinya, serta etikanya juga harus diperhatikan.



F. Pendidik Dalam Perspektif Pendidikan Islam
            Selain peserta didik yang harus diperhatikan ada juga yang disebut pendidik.
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik.[21] Pendidik bertanggung jawab dalam menentukan perkembangan serta pertumbuhan peserta didik baik itu jasmani dan rohaninya, agar mencapai tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Pendidik berperan menentukan arah peserta didik untuk mencapai kesempurnaan. Apabila pendidik tidak memahami betul keinginan dari peserta didiknya maka akan terjadi kegagalan dalam proses belajar mengajar serta tujuan dari pendidikan tidak terpenuhi.
            Tugas utama seorang pendidik adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri kepada allah swt..[22] Pendidik menyempurnakan, membersihkan serta menyucikan hati setiap manusia atau dalam pendidikan yaitu peserta didik apa yang belum sempurna dalam diri peserta didik untuk senantiasa selalu mendekatkan diri kepada allah swt. yang telah memberikan ilmu kepada pendidik atau peserta didik.



G. Peralatan Pendidikan Islam
            Alat adalah sesuatu yang digunakan untuk mempermudah suatu kegiatan. Dalam pendidikan Islam, alat ini digunakan untuk membantu mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai. Adapun alat tersebut bukan seperti benda-benda melainkan sesuatu hal yaitu kurikulum, pendekatan-pendekatan, materi, metode, media dan evaluasi. Peralatan tersebut digunakan sebaik mungkin oleh pelaku pendidikan Islam untuk mencapai yang namanya kesempurnaan.
1.      Kurikulum Pendidikan Islam
            Kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pedidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.[23] Kurikulum berfungsi sebagai rangka untuk mencapai tujuan pendidikan. kurikulum sebagai hiadangan yang telah disiapkan untuk peserta didik dan sebagai pedoman kerja serta pedoman mengadakan evaluasi bagi pendidik. Kurikulum juga berfungsi untuk kepala sekolah, bagi orang tua peserta didik, bagi masyarakat, dan lain-lain.




2.      Pendekatan Pendidikan Islam
            Pendekatan adalah proses perbuatan, cara mendekati. Pendekatan pendidikan Islam yaitu cara mendekati mengenai hakikat pendidikan Islam dan pengajaran agama Islam serta belajar agama Islam. Pendekatan selalu berkaitan dengan tujuan, metode dan teknik. Kedudukan pendekatan sangat penting dalam proses pendidikan Islam dalam upaya pencapaian tujuan, karena pendekatan menjadi sarana yang sangat bermakna bagi materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan. Adapun pendekatan-pendekatan tersebut seperti pendekatan filosofis, pendekatan Induksi-Deduksi, Sosio-Kultural, Fungsional, serta pendekatan Emosional.[24]   Pendekatan yang digunakan dalam pendidikan Islam yaitu:
a.       Pendekatan pengalaman; pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan.
b.      Pendekatan pembiasaan; suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa perlu pemikiran lebih lanjut.
c.       Pendekatan emosional; usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan yang baik dan yang buruk.
d.      Pendekatan rasional; suatu pendekatan mempergunakan akal dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah swt.
e.       Pendekatan fungsional; usaha memberikan materi agama menekankan kepada segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkat perkembangannya.
f.       Pendekatan keteladanan; memperlihatkan keteladanan, baik yang berlangsung melaui kondisi pergaulan yang akrab, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan.[25]


3.      Materi Pendidikan Islam
            Materi adalah sesuatu yg menjadi bahan untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan, dikarangkan, dan lain-lain. Menurut Umar bin Khattab, Ibnu Sina, Abu Thawam, Al-Ghazali, Al-Jahiz[26] bahwa materi pendidikan Islam yang utama untuk peserta didik yaitu al-Quran. Yang mencakup mengenai keterampilan cara membaca al-Quran, menghafal, menganalisa, serta mengamalkan isi al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Metode Pendidikan Islam
            Metode yaitu cara yang teratur dan telah dipikirkan baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Dalam hal ini, metode ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Tujuannya untuk menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran Islam lebih berguna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran Islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar secara baik terhadap peserta didik. Fungsinya sebagai pemberi inspirasi pada peserta didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan peserta didik yang seiring dengan tujuan pendidikan Islam.[27]
5.      Media Pendidikan Islam
Media pendidikan Islam yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan Islam. Untuk itu pendidikan Islam yang mengutamakan pengajaran ilmu dan pembentukan akhlak, maka medianya ialah alat-alat pendidikan ilmu dan media pembentukan akhlak adalah pergaulan.[28] Jenis media pendidikan Islam yaitu berupa media yang bersifat alat-alat pendidikan yang dimaksud misalnya media tulis seperti al-Quran, hadits, tauhid dan lain-lain; benda-benda alam seperti manusia, hewan, tumbuhan; gambar-gambar seperti lukisan; gambar yang berupa film; dan lain-lain.[29] Dan media dan yang bersifat bukan benda atau alat berupa keteladanan, perintah dan larangan, serta berupa ganjaran dan hukuman.[30]
6.      Evaluasi Pendidikan Islam
            Evaluasi adalah suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan. Evaluasi pendidikan Islam merupakan suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktifitas didalam pendidikan Islam. Tujuan evaluasi untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah deiberikan, dan mengetahui tingkat perubahan perilaku. Funsinya untuk membantu peserta diaik agar dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta memberi bantuan cara meraih suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana mestinya.[31]
7.      Sistem Pendidikan Islam
            Sistem merupakan perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk totalitas, susunan yang teratur. Sistem juga diartikan sebagai metode. Sistem pendidikan Islam adalah seperangkat unsur yang terdapat dalam pendidikan yang berorientasi pada ajaran Islam yang saling berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan dalam mencapai tujuan. Komponen unsur-unsur tersebut seperti tujuan pendidikan Islam, pendidik, peserta didik, lingkungan pendidikan, dan sarana pendidikan.[32] Kelima unsur tersebut saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Ketika salah satunya tidak ada maka pendidikan Islam sulit untuk berkembang dan tujuan pendidikan Islam tidak mungkin tercapai.






H. Lingkungan atau Lembaga Pendidikan Perspektif Islam
            Lingkungan merupakan pengaruh besar terhadap perkembangan peserta didik didalam pendidikan Islam. Lingkungan yang baik akan mempengaruhi perilaku dari peserta didik. Apabila lingkungan yang berada disekitar peserta didik itu baik maka perkembangan peserta didik akan ikut baik, begitu pula dengan sebaliknya apabila lingkungannya tidak baik maka perkembangan peserta didik akan ikut tidak baik (buruk). Adapun lingkungan atau lembaga pendidikan yang dapat memberikan pengaruh bauk kepada peserta didik yaitu:
1.      Sekolah atau Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
            Sekolah atau madrasah adalah tempat untuk menimba ilmu. Sekolah merupakan tempat berkumpulnya peserta didik dengan umur yang hampir sama, dengan pengetahuan yang kurang lebih sederajat, serta menerima pengetahuan yang sama.[33] Sekolah atau madrasah diharapkan sebagai lembaga pendidikan yang merupakan wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuannya agar tercapai manusia yang sempurna dan tercapai tujuan pendidikan Islam yang diinginkan. Ketika peserta didik berada di sekolah, guru berfungsi untuk membantu peran orang tua sebagai pendidik di lingkungan keluarga.
2.      Lingkungan Keluarga
            Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang dilewati oleh peserta didik.[34] Yang berperan sebagai pendidik ialah orang tua peserta didik. Kasih sayang dari orang tua mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan peserta didik dan kelancaran proses pendidikan Islam. Pendidikan keluarga sangat penting bagi peserta didik karena apa yang terjadi pada lingkungan keluarga membawa pengaruh terhadap peserta didik baik dilingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.


3.      Masyarakat
            Selain lingkungan keluarga, lingkungan masyarkat juga memberi dampak terhadap perkembangan peserta didik. Jika lingkungan masyarakat yang digauli oleh peserta didik menerapkan dan menghargai ajaran Islam maka akan menjadikan peserta didik cinta dan rajin mengamalkan ajaran Islam, sebaliknya jika pergaulan peserta didik dalam lingkungan masyarakat yang negatif juga akan memberikan dampak terhadap peserta didik yang kurang baik pula.[35] Pada lingkungan masyarakat diperlukan kesadaran dari diri peserta didik untuk memilih tempat bergaul yang baik untuk kehidupannya. Begitu pula dengan orang tua harus mengamati anak-anaknya agar tidak terjerumus kedalam lingkungan masyarakat yang tidak baik.
4.      Linkungan Individu
            Lingkungan ini merupakan lingkungan diri sendiri. Manusia dapat dikatakan sebagai individu yang berkepribadian muslim, jika memiliki tingkah laku dan kejiwaan sesuai dengan ajaran Islam.
5.      Lingkungan Negara
            Lingkungan ini merupakan lingkungan atau lembaga yang paling luas karena lingkungan ini menyangkut nasional bahkan internasional. Pendidikan diarahkan untuk membentuk warga Negara yang baik. Jika individu dan masyarakat baik maka Negara akan baik pula sehingga terwujud Negara yang adil, maklmur dan sejahtera.



I. Periodisasi Pendidikan Islam
            Tidak terlepas dari konsep pendidikan seumur hidup, maka periodisasi pendidikan Islam harus disesuaikan dengan perjalanan hidup manusia. Perjalanan hidup manusia melalui tahapan-tahapan tertentu, untuk itu periodisasi pendidikan Islam harus sesuai dengan tahapan tersebut. Adapun tahapan tersebut ialah:
1.      Pendidikan Prenatal; pendidikan pranatal atau Tarbiyah Qabl al-Wiladah terbagi atas dua masa periode yaitu:
a.       Masa pra konsepsi; masa ini terjadi sebelum kedua orang tua belum memiliki status kekeluargaan atau belum mengalami pernikahan. Awal mula pendidikan anak tidak dapat dilepaskan dari tujuan pernikahan yaitu lahirnya keturunan yang dapat dibanggakan dalam pendidikan Islam. Maka dari itu pemilihan pasangan sebelum menikah sudah menjadi kepedulian utama dalam merancang pendidikan anak. Persiapan mendidik anak dalam ajaran islam suadah dimulai pada waktu pemilihan pasangan yaitu pemilihan calon istri atau suami.[36]
b.      Masa konsepsi; pada masa ini proses pendidikan sudah bisa dimulai, walau masih bersifat tidak langsung. Masa ini disebut juga dengan masa kehamilan yang berlangsung kurang lebih Sembilan bulan. Meskipun masa ini relatif singkat namun memberikan makna sangat penting bagi proses pembentukan kepribadian manusia berikutnya. Didalam al-Quran dan hadits tidak menjelaskan secara terperinci mengenai proses pendidikan yang terdapat pada masa kehamilan, namun Islam melihatnya dari beberapa aspek pendidikan. Pada masa kehamilan harus diyakini bahwa kandungan berawal dari adanya kehidupan, setelah itu allah swt. mengutus malaikat untuk meniupkan roh kepadanya, dan aspek yang penting bagi janin dalam kandungan adalah aspek agama.[37]
2.      Pendidikan Pasca Natal;
a.       Pendidikan bayi; setelah masa pra konsepsi dan masa pasca konsepsi kemudian dilanjutkan pada periode bayi. Periode ini kehidupan bayi sangat bergantung pada pihak lain, terutama seorang ibu. Peranan ibu mulai dari memberi makan, membersihkan tempat dan pakaian, memandikan, menidurkan, dan lain-lain yang hampir semuanya dilakukan oleh seorang ibu. Peranan ibu tersebut tentu mempunyai arti tersendiri bagi pendidikannya.
b.      Pendidikan kanak-kanak; Kemudian periode kanak-kanak yang bermula dari selepas umur dua tahun sampai enam tahun. Anak-anak pada masa ini mulai bersifat meniru keadaan sekitarnya. Banyak bermain dengan sandiwara atau khayalan. Kegiatan yang bermacam-macam tersebut akan memberikan keterampilandan pengalaman si anak dalam pendidikannya. Maka dari itu kelakuan sekitar anak pada masa ini hendaknya tetap, tak ada kegoncangan, karena akan menyebabkan kebingunan dan keraguan pada anak.
c.       Pendidikan anak-anak; Selanjutnya pada masa anak-anak. Pada masa ini anak mulai mengenal tuhan melalui bahasa, dari kata-kata orang yang berada pada lingkungannya yang mula-mula diterimanya secara acuh tak acuh. Lama-kelamaan tanpa disadari oleh anak tersebut, masuklah pemikiran tentang tuhan dalam pembentukan kepribadiannya dan menjadi objek pengalaman agama.
d.      Pendidikan remaja; masa ini berlansung antara umur 12 sampai 21 tahun. Pada masa ini, anak semakin mampu dan memahami nilai-nilai norma yang berlaku didalam kehidupannya. Periode ini sangat baik untuk membantu anak-anak guna menumbuhkan sikap bertanggung jawab dan memahami nilai-nilai terutama yang bersumber dari agama Islam.
e.       Pendidikan dewasa; Setelah itu anak akan mengalami masa periode dewasa. Umur dewasa dimulai dari berakhirnya kegoncangan pada masa remaja. Ketika seseorang telah mencapai usia dewasa, maka sudah mempunyai banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman. Pada masa ini seseorang mulai langsung berhadapan dengan masalah pekerjaan, masalah kemasyarakatan, dan masa perkawinan. Untuk itu pendidikan agama Islam masih dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Berakhirnya masa dewasa bukan berarti berakhir pula pendidikan. mengucapkan syahadat bagi orang yang sakratul maut sebagai akhir bagi pendidikan Islam.[38]



J. Wewenang dan Tanggung Jawab Pendidikan Islam
“Dalam GBHN (ketetapan MPR No. IV/MPR/1978), berkenaan dengan pendidikan dikemukakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah”.[39]
Dalam kutipan diatas bahwa yang pertama bertanggung jawab dalam pendidikan Islam adalah keluarga yaitu orang tua. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Sejak seseorang lahir, seorang Ibulah yang selalu ada disamping anaknya bagi yang memiliki seorang ibu. Terkadang seorang anak meniru kelakuan ibunya, bahkan seorang anak akan lebih cinta kepada ibunya dibandingkan dengan ayahnya, apabila seorang ibu mampu menjalankan perannya sebagai seorang ibu bagi anaknya. Sedangkan pengaruh seorang ayah terhadap anak juga pengaruhnya besar karena cara seorang ayah mencari nafkah untuk keluarganya juga akan berpengaruh pada kinerja pekerjaan anaknya. Seorang ayah merupakan penolong utama, bahkan bagi anak yang sudah tumbuh besar, bila seorang ayah mampu memahami hati bagi anak-anaknya.
 Orang tua merupakan penanggung jawab yang utama tetapi tidak sepenuhnya memikul tanggung jawab anak-anaknya terhadap pendidikan Islam. Terkadang orang tua tersebut menyerahkan sebagian sebagian tanggung jawab pendidikan anak-anaknya kepada lembaga pendidikan Islam atau sekolah, berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab orang tua kepada guru atau pendidik. Seorang pendidiklah yang nantinya mengarahkan anak atau peserta didik kearah tujuan pendidikan Islam.
Selanjutnya bertanggung jawab terdapap pendidikan Islam adalah masyarakat. Secara sederhana masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan dan agama.[40] Perilaku masyarakat sekitar peserta didik akan memberikan pengaruh terhadapnya. Masyarakat pada umumnya harus memberikan contoh perilaku yang baik terhadap masyarakat yang lebih mudah darinya yaitu peserta didik karena peserta didik akan meniru segala kelakuan dari sekitarnya jika para peserta didik tersebut menganggap hal tersebut baik bagi dirinya. Didalam lingkungan masyarakat yang memberikan pengaruh besar adalah pemimpinnya. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menghendaki agar peserta didik menjadi anggota masyarakat yang taat dan patuh terhadap agama. Maka pemimpin tersebut akan memberikan pengaruh baik tersebut terhadap yang dipimpinnya terutama peserta didik.



K. Konsep Pendidikan Seumur Hidup Dalam Pendidikan Islam
            Konsep pendidikan seumur hidup artinya setiap individu berhak mendapatkan pendidikan mulai dari bayi hingga meninggal dunia, sepanjang hidup dari individu tersebut.
“Dalam GBHN (ketetapan MPR No. IV/MPR/1978), berkenaan dengan pendidikan dikemukakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.”[41]
            Hal tersebut berarti setiap manusia diharapkan supaya selalu berkembang dalam pendidikan sepanjang hidup, dan dipihak masyarakat dan pemerintah diharapkan agar dapat menciptakan situasi yang menantang untuk belajar. Sekolah bukanlah satu-satunya bagi setiap orang untuk belajar, melainkan hanya sebagian dari waktu belajar yang akan berlangsung seumur hidup.
            Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu proses yang terus menerus (kontiniu) dari bayi sampai meninggal dunia.[42] Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal, non formal maupun formal baik yang berlansung dalam keluarga, disekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat. Konsep ini sesuai dengan konsep islam seperti yang tercantum dalam hadis nabi Muhammad SAW., yang menganjurkan belajar mulai dari buaian sampai ke liang kubur.
“Sebenarnya ide pendidikan seumur hidup telah lama dalam sejarah pendidikan, tetapi baru popular sejak terbitnya buku Paul Langrend An Introduction to Live Long Education (sesudah perang dunia II). Kemudian diambil alih oleh Internasional Commission on the Development of Education (UNESCO). Istilah pendidikan seumur hidup (Live Long Integrated Education) tidak dapat diganti dengan istilah-istilah lain sebab isi dan luasnya (scope-nya) tidak persis sama, seperti istilah out of school education, continuing education, adult education, further education, recurrent education.”[43]




L. Fitrah dan Pendidikan Karakter Perspektif Pendidikan Islam
1.      Fitrah dalam Perspektif Pendidikan Islam
            Fitrah dalam arti etimologi berarti al-khilqah, al-ibda’, al-ja’l yang artinya penciptaan.[44] Fitrah berasal dari kata fhatara yang sepadan dengan khalaqa dan ansyaa yang artinya mencipta, biasanya digunakan dalam al-Quran untuk menunjukkan pengertian mencipta sesuatu yang sebelumnya belum ada dan masih merupakan pola dasar yang perlu penyempurnaan.[45] Pada dasarnya fitrah disebut sebagai potensi dasar manusia,[46] setiap manusia memiliki beberapa potensi dan diberi kebebasan untuk mengembangkan potensi yang disukainya.
             Fitrah manusia sebagai anugrah Allah swt. harus dikembangkan agar manusia dapat menjadi manusia yang sempurna (insan kamil). Pengembangan fitrah adalah salah satu risalah yang diemban oleh nabi Muhammad saw. Setiap usaha pengembangan fitrah itu harus dilaksanakan secara sadar, berencana dan sistematis, juga harus dilaksanakan secara menyeluruh dan berimbang. Apabila semua jenis fitrah tersebut tidak dilaksanakan secara menyeluruh dan berimbang tidak akan tercapai manusia sempurna, bahkan dapat mendatangkan kehancuran bagi manusia.[47]
            Faktor yang mempengaruhi berkembangnya atau tidaknya fitrah itu, yaitu:
a.       usaha manusia sendiri; dalam rangka penembangan fitrah beragama, fitrah intelek, dan fitrah sosial.
b.      Hidayah (petunjuk); hidayah yang diberikan oleh Allah swt. dalam rangka pengembangan fitrah yaitu hidayah akal, hidayah hati, hidayah agama.[48]
2.      Pendidikan Karakter Perspektif Pendidikan Islam
            Berbicara tentang kepribadian biasanya menyangkut banyak aspek saperti kedirian, karakter, watak, ego, oknum, self, dan bahkan menyangkut identitas bangsa.[49] Namun aspek tersebut, aspek karakterlah yang mendekati pembahasan mengenai kepribadian pendidikan Islam. Menurut sebagian psikolog ada yang mnyebutkan bahwa kepribadian dengan karakter artinya watak, perangai. Sedangkan ilmu yang mempelajari ilmu tersebut disebut dengan The Psychologi of character atau characterologi. Istilah kepribadian merupakan istilah yang tepat untuk mencerminkan konsep keunikan diri seseorang karena ruang lingkupnya jelas.[50]
            Ciri khas yang menjadi sasaran pembentukan kepribadian atau karakter orang muslim ialah terwujudnya perilaku yang mulia sesuai dengan ajaran Islam dan tuntunan Allah swt., atau istilahnya disebut akhlak yang mulia.[51] Pendidikan akhlak berfungsi sebagai pemberi nilai-nilai keislaman pada seseorang. Dengan adanya nilai-nilai Islam dalam diri seseorang maka akan terbentuk kepribadian atau karakter sebagai karakter orang muslim baik hubungannya antara seorang hamba dengan Allah swt., manusia dengan manusia, serta hubungannya dengan makhluk lainnya.

 

BAB III
PENUTUP



            Ilmu pendidikan Islam ialah proses yang dilakukan secara bertahap, berjenjang, terencana, terstruktur, serta terus menerus tentang pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, pengasuhan, dan pengembangan untuk mencapai kesempurnaan hidup. Ilmu pendidikan Islam berdasar kepada dasar historis, sosial, ekonomi, politik dan administrasi, psikologis, dan filsafat serta dasar religious. Tujuannya menjadikan manusia sebagai manusia yang sempurna dalam pandangan Islam. Fungsinya yaitu menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan Islam tersebut tercapai dan berjalan dengan lancar.
            Pada hakekatnya ilmu pendidikan Islam mamiliki batas-batasan yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu al-Quran, as-Sunnah serta keputusan para ulama. Pendidikan Islam berasaskan terhadap tut wuri handayani, asas sepanjang hayat dan asas kemandirian dalam belajar. Pendidikan Islam juga memiliki kurikulum untuk dilaksanakan, mempunyai pendekatan-pendekatan dalam mewujudkan tujuan, materi yang memadai, metode, serta media untuk membantu kelangsungan kegiatan pendidikan. Pendidikan Islam juga melakukan suatu kegiatan evaluasi untuk peserta didiknya juga memiliki sistem yang baik.
            Pendidikan Islam bisa dilakukan dimana saja bisa dilakukan dalam lingkungan sekolah yang berwewenang yaitu pendidik, keluarga yaitu orang tua, masyarakat dan lain-lain. Dalam memberikan pengembangan kepada peserta didik, pendidikan Islam membedakannya sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia baik pada masa sebelum peserta didik lahir hingga peserta didik menghembuskan nafas terakhirnya. Itu semua sesuai dengan konsep pendidikan seumur hidup yang diberikan setiap manusia sebagai fitrah bahwa manusia anugrah Allah swt. yang harus dikembangkan agar manusia dapat menjadi manusia yang sempurna (insan kamil).


DAFTAR PUSTAKA



Achmadi.  Ideology Pendidikan Islam, Cet.I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Arief, Armei. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Cet.I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Daradjat, Zakiah; dkk. Ilmu Pendidikan Islam, Ed. I. Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Ihsan, Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan, Cet.VI; Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Mujib, Abdul dan Yusuf Mudzakkir. .Ilmu Pendidikan Islam, Ed. I. Cet. I; Jakarta: Kencana, 2006.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. III; Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Rosyadi, Khoiron. Pendidikan Profetik. Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Cet. VI; Bandung: Remaja Rosdakrya, 2005.
Tirtarahardja, Umar. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 2000.



[1] Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Cet. VI; Bandung: Remaja Rosdakrya, 2005). h.12.
[2] Kata “pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa Arabnya adalah “tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”. Kata “pengajaran” dalam bahasa Arabnya adalah “ta’lim” dengan kata kerjanya “’allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya “tarbiyah wa ta’lim” sedangkan “pendidikan Islam” dalam bahasa Arabnya adalah “tarbiyah Islamiyah”. (Zakiah Daradjat; dkk. Ilmu Pendidikan Islam, Ed. I(Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara, 1996). h. 25) .
[3] Kata kerja rabba (mendidik) sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad saw. seperti terlihat dalam ayat Al-Qur’an dan Hadist Nabi. (ibid.).
[4] Al-Quran surah al-isra’(017): 24
[5] Lihat Khoiron Rosyadi. Pendidikan Profetik (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004). h.147.
[6] Imam al-Baidhawi (wafat 685 H) mengatakan, makna asal al-Rabb adalah al-tarbiyah, yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna. Al-Raghib al-Asfahani (wafat 502 H) menyatakan, makna asal al-Rabb adalah al-tarbiyah, yaitu memelihara sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna. (ibid. h. 147-148).
[7] Lihat ibid. h. 142-146
[8] Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum terdapat didik zaman. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosialyang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang. (Zakiah Daradjat; dkk. Op. Cit. h. 27).
[9] Ahmad Tafsir. Op. Cit. h. 24.
[10] Ibid.
[11] Khoiron Rosyadi. Op. Cit. h. 135-136.
[12] Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir. .Ilmu Pendidikan Islam, Ed. I(Cet. I; Jakarta: Kencana, 2006). h. 44-49.
[13] Zakiah Daradjat; dkk. . Op. Cit. h. 29-33.
[14] Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir. Op. Cit.  h. 68.
[15] Dijadikan as-Sunnah sebagai dasar pendidikan Islam tidak terlepas dari fungsi as-Sunnah itu sendiri terhadap al-Quran. Fungsi as-Sunnah terhadap al-Quran adalah sangat penting. (Khoiron Rosyadi. Op. Cit. h. 155).
[16] Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari’at Islam untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum Syari’at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-Quran dan as-Sunnah. (Zakiah Daradjat; dkk. Op. Cit. h. 21).
[17] Prinsip berarti asas (kebenaran yang jadi pokok dasar orang berfikir, bertindak, dan sebagainya). Dagobert D. Runes mengartikannya kebenaran yang bersifat universal (universal truth) yang menjadi sifat dari sesuatu. (Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam,(Cet. III; Jakarta: Kalam Mulia, 2002). h. 7.
[18] Ibid. h. 62.
[19] Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta, 2000). h.117-122.
[20] Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. (Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik Dalam Interaktif Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000). h. 51).
[21] Sebagaimana teori Barat, Pendidik dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi (rasa), kognitif, (cipta), maupun psikomotorik (karsa). (Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir. Op. Cit.  h. 87).
[22] Ibid. h.  90.
[23] Ibid. h. 122.
[24] Lihat Armei Arief. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Cet.I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002). h. 99-107.
[25] Lihat Ramayulis. Op. Cit.   h.150-154.
[26] Lihat Armei Arief. Op. Cit. h. 30-31.
[27] Lihat Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir. Op. Cit. h. 167-168.
[28] Oleh karena  pendidikan Islam mengutamakan pengajaran ilmu dan pembentukan akhlak, maka alat untuk mencapai ilmu adalah alat-alat pendidikan ilmu sedangkan alat untuk pembentukan akhlak adalah pergaulan. (Zakiah Daradjat; dkk. Op. Cit. h. 80.
[29] Lihat Ibid. h. 81.
[30] Lihat Ramayulis Op. Cit. h. 184-188.
[31] Lihat Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir. Op. Cit. h. 211-212.
[32] Lihat Armai Arief. Op. Cit. h. 69-83.
[33] Di sekolah berkumpul anak-anak dengan umur yang hampir sama, dengan taraf pengetahuan yang kurang lebih sederajat dan secara sekaligus menerima pelajaran yang sama. (Zakiah Daradjat; dkk. Op. Cit. h. 71.
[34] Lingkungan ini merupakan lingkungan pertama yang dialami anak didik. (Armei Arief. Op. Cit. h. 76).
[35] Lingkungan ini juga sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Perkumpulan dan persekutuan hidup masyarakat yang menghargai ajaran Islam akan menjadikan anak cinta dan rajin untuk mengamalkan ajaran Islam, demikian sebaliknya. (Ibid. h. 77).
[36] Lihat Ramayulis. Op. Cit. h. 256.
[37] Lihat Ibid.  h. 259-260.
[38] Lihat Ibid.  h. 263-274.
[39] Zakiah Daradjat; dkk. Op. Cit. h. 35.
[40] Ibid. h. 34.
[41] Ibid.
[42] Fuad Ihsan. Dasar-Dasar Kependidikan,(Cet.VI; Jakarta: Rineka Cipta, 2010). h. 40.
[43] Ibid.  h. 41.
[44] Ramayulis. Op. Cit.  h. 278.
[45] Lihat Achmadi.  Ideology Pendidikan Islam, (Cet.I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005). h. 41.
[46] Lihat ramayulis. Op. Cit.  h. 278.
[47] Lihat Ibid. h. 280-281.
[48] Lihat Ibid. h. 282-283.
[49] Ibid. h. 287
[50] Lihat Ibid.
[51] Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa Ciri khas kepribadian muslim adalah terwujudnya perilaku mulia sesuai tuntunan Allah swt., yang istilah lain disebut disebut akhlak yang mulia. Ciri khas ini sekaligus menjadi sasaran pembentukan kepribadian. (Ibid.  h. 295).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar